Biarkan saya meluruskan ini: Saya suka susu. Saya telah meminumnya semenjak saya masih kecil dan es krim tidak bakal sama tanpa itu. Tetapi sebagai dokter kulit, saya menyadari bahwa nektar putih bermasalah guna kulit. Hubungan antara diet dan jerawat sudah menjadi kontroversial dan terperosok dalam cerita-cerita anekdot sekitar abad terakhir. Ketika saya menjalani pelatihan formal saya dogma ialah "Makanan tidak mengakibatkan jerawat." Namun ada tidak sedikit bukti yang mengindikasikan bahwa apa yang kita masukkan ke dalam mulut kita mungkin hadir di kulit Anda; dan susu sehat ialah pusat dari kontroversi itu.
Bukti bahwa Susu Menyebabkan Jerawat
Pada 2008, semua peneliti mengamati nyaris 2.500 lelaki muda dalam studi yang dirancang dengan baik guna menilai masalah ini. Kelompok lelaki yang minum susu paling tidak sedikit cenderung mempunyai jerawat terburuk. Temuan ini menyokong hasil riset sebelumnya pada gadis remaja di mana diet yang kaya bakal produk susu ditemukan menjadi penyebabnya. Menariknya, tampaknya susu skim ialah pelanggar yang lebih buruk daripada susu murni. Sherbet, keju cottage, dan susu coklat pun memengaruhi jumlah jerawat secara negatif. Studi-studi pun gagal menghubungkan makanan berlemak dengan berjerawat. Jadi, meskipun coklat, pizza, soda, dan makanan cepat saji tidak sepenuhnya lolos, menurut keterangan dari saya, mereka tampaknya tidak mempunyai potensi susu yang menghasilkan jerawat.
Jadi, kenapa susu?
Saya butuh menilai bahwa melulu susu sapi yang diteliti. Beras, kedelai, dan susu domba masih belum mempunyai data untuk menyokong hubungan apa juga dengan berjerawat. Teori yang berlaku ialah bahwa orang menyerap hormon yang diserahkan oleh peternak sapi perah ke ternak untuk memicu produksi susu. Susu sapi kaya bakal hormon yang dinamakan insulin growth factor-1 (IGF-1). Selama masa remaja, saat jerawat berada dalam situasi terburuk, tubuh insan menghasilkan IGF-1 dalam jumlah besar. Dipercayai bahwa IGF-1, testosteron, dan hormon beda yang dinamakan DHT (semuanya ditemukan dalam susu) merangsang timbulnya jerawat melewati reaksi berantai yang rumit. DHT dikenal untuk memicu kelenjar minyak, yang dinamakan kelenjar sebaceous, untuk menciptakan zat yang lebih tebal dan lebih berminyak yang lebih rentan untuk menutup pori-pori. Jerawat yang berhubungan dengan testosteron pun dikenal baik dari pemakaiannya dalam pembangun tubuh dan atlet. Dua riset sebelumnya mengindikasikan konsumsi susu yang tinggi dikaitkan dengan kadar IGF-1 yang tinggi; dan sekali lagi susu skim lebih buruk daripada susu murni. Metode pemrosesan susu skim dapat menyatakan hal ini sebab protein whey ditambahkan untuk menyerahkan tekstur yang lebih kental. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa protein ekstra ini memperhitungkan efeknya. Namun tidak terdapat yang benar-benar tahu pada ketika ini.
Jadi, Haruskah kita Mengurangi Konsumsi Susu guna Melindungi Terhadap Jerawat?
Banyak dokter kulit masih memperhatikan sekali hubungan susu-jerawat. Mereka mengindikasikan bahwa studi tersebut melulu menggambarkan korelasi dan bukan hubungan sebab dampak yang bisa dibuktikan. Dewan Dairy pun membantah riset tersebut. Saya yakin kita seluruh tahu orang-orang yang melemparkan susu dan mempunyai kulit yang estetis dan sebaliknya.
Pada titik ini, saya merasa aman untuk memutuskan bahwa asupan susu yang berlebihan pada remaja yang berjerawat bisa memperburuk jerawat yang telah ada sebelumnya. Pada kenyataannya, tidak bakal pernah terdapat studi double-blinded, acak, terkontrol plasebo yang membicarakan hal ini. Saya sudah merekomendasikan ini untuk pasien sekitar dua tahun terakhir dengan hasil yang beragam. Menghilangkan susu saja belum menyembuhkan satu pasien jerawat saya; telah menolong pasien-pasien yang lebih tangguh yang telah menjalani tidak sedikit pengobatan. Pada akhirnya, saya tidak pernah benar-benar tahu bagaimana remaja yang patuh dengan obat-obatan atau diet yang diresepkan. Saya tidak dipedulikan membawa mereka pada ucapan-ucapan mereka. Siapa yang belum santap semangkuk es krim ketika sedang diet?
No comments:
Post a Comment